Sabtu, 10 Juni 2017

MERAIH ESENSI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BERSAMA Prof.Dr.Marsigit, MA



MERAIH ESENSI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BERSAMA Prof.Dr.Marsigit, MA

Menjadi luar biasa itu perlu waktu, perlu disakiti, perlu air mata, perlu dihina, dan perlu jam terbang yang teruji. Dan hanya mereka yang melangkah lebih jauh, mereka yang menatap lebih dalam, dan mereka yang berlari lebih kencang yang pada akhirnya mendapatkan hal yang tidak biasa itu
–Anonim-

Prof.Dr.Marsigit, MA merupakan sosok inspiratif bagi saya, karena dari beliau saya belajar banyak hal mengenai dunia baru terutama bagaimana cara menjadi guru matematika yang sesungguhnya, baik melalui materi yang beliau sampaikan di kelas maupun melalui tulisan-tulisan inspiratifnya di blog http://powermathematics.blogspot.co.id/. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar-mengajar ini mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam prosesnya harus ada satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa dengan guru, sehingga diantara keduanya terjalin interaksi.
Salah satu tulisan yang terkenang adalah bagaimana Bapak Prof.Marsigit menuangkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika. Hal ini membuka mata saya bahwa masih banyak permasalahan dalam pendidikan di Indonesia yang butuh segera dipecahkan. Dalam kehidupan di sekolah, sering terjadi anak didik itu diperlakukan sebagai objek didik, yang seolah-olah dapat dibentuk sekehendak pendidik dan dianggap mempunyai kemampuan yang sama. Pada umumnya, guru hanya menyuapi sekian banyak siswa pada waktu yang sama, dengan makanan pengetahuan yang telah diolah dan dimasak oleh guru itu sendiri. Dalam hal ini, kebanyakan anak tinggal menelannya saja tanpa protes bahwa makanannya itu pahit, manis, atau basi sekalipun. Hal inilah perlakuan guru yang salah yang masih bersifat tradisional (tidak adil, tidak konsisten, arogan, dan sombong).
Problematika pendidikan di Indonesia saat ini, yaitu terletak pada orang dewasa di mana paradigmanya masih keliru. Langkah awal yang perlu segera direnovasi, yaitu dari segi pelaksanaan pembelajaran. Jika kita lihat realita tradisi pembelajaran di Indonesia sekarang ini masih banyak kita temukan penerapan pembelajaran yang bersifat tradisional. Guru yang selama ini biasa "mencekoki" siswa dengan penjelasan-penjelasan gaya satu arah. Oleh karena itu, guru harus bisa memposisikan diri sebagai pembimbing siswa bukan sang otoriter kelas.
Melalui tulisannya, Prof.Dr.Marsigit, MA selalu menggugah hati kami sebagai calon guru matematika untuk selalu melakukan pembelajaran inovatif. Pernah suatu waktu, Bapak Prof.Dr.Marsigit, MA menyajikan sebuah video inspiratif mengenai pembelajaran inovatif. Pada intinya, pembelajaran inovatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran inovatif ini juga dapat membantu dalam upaya merealisasikan perubahan kurikulum 2013 saat ini sedang digencarkan. Sebab dalam kurikulum 2013 ini adanya tuntutan bahwa guru harus lebih kreatif dan memberikan kesempatan yang besar kepada siswa untuk bereksplorasi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya perubahan dari pembelajaran tradisional menuju perubahan inovatif. Pada paradigma tradisional pembelajaran Matematika di sekolah cenderung ditekankan pada penyampaian pengetahuan dan materi yang banyak, serta terdapat tuntutan waktu untuk menyelesaikan materi pembelajaran tersebut dengan cepat. Guru tidak mempedulikan apakah siswa tersebut benar-benar mendalami atau paham terhadap materi yang dipelajari. Sedangkan pembelajaran inovatif lebih menekankan pada siswa yang aktif dan kreatif.
Selain itu, guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman. Akan tetapi, perubahan tersebut tidaklah mudah, karena menyangkut kebiasaan atau budaya yang telah lama digunakan. Untuk memperoleh pembelajaran inovatif, diperlukan perubahan yang sangat mendasar baik berupa pemahaman, pengalaman, pengetahuan, niat, dan sikap. Guru berfungsi untuk melayani dan memfasilitasi. Selebihnya, siswa lah yang menjadi subjek utama pembelajaran, sehingga timbul kesadaran dari diri sendiri untuk belajar dan dapat berkembang.
Indonesia dapat mencontoh gaya pendidikan dari luar negeri yang sekiranya dapat diterapkan di Indonesia. Bapak Prof.Dr.Marsigit, MA pernah menampilkan video pembelajaran matematika SD di Jepang. Siswa Sekolah Dasar (SD) di Jepang ini telah dilatih untuk selalu melakukan investigasi, menemukan sendiri mengeni konsep-konsep suatu materi pelajaran. Namun, tak lupa hal ini masih dalam kontrol guru sebagai peneliti yang berperan untuk mengarahkan dan membimbing supaya dapat mencapai puncak gunung pembelajaran.
Selain Jepang, Bapak Marsigit juga menampilkan video mengenai pembelajaran di negara Australia dan Korea. Proses pembelajaran di kedua negara ini banyak memberikan inspirasi mengenai model pembelajaran inovatif di mana pembelajaran tersebut telah dibudidayakan di sana. Hal ini memberikan masukan kepada pendidikan di Indonesia guna mengenal, memahami, menerapkan, serta membudidayakan pembelajaran inovatif tersebut.
Kita sebagai calon guru agar tidak salah melangkah dalam mendidik siswa, dibutuhkan persiapan dan bekal yang matang untuk melangkah atau melakukan suatu hal. Mengingat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, kunci utamanya terdapat pada seorang guru. Guru sangat memiliki andil dalam mencapai suatu keberhasilan pembelajaran. Suatu ketidakberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran jangan semata-mata mutlak kesalahan siswa yang malas, kurang memperhatikan, kurang aktif, dan lain sebagainya. Melainkan seorang guru harus intropeksi mengapa hal semacam ini bisa terjadi. Apakah terdapat kesalahan dalam pembelajaran? Hal inilah yang menjadi tantangan kita sebagai calon guru untuk berkontribusi dalam membangun pendidikan di Indonesia.
Ibarat kita sedang berjalan, antara kaki kanan dan kaki kiri harus bekerja sama. Jika ada salah satu diantara keduanya tidak berfungsi, maka akan mengganggu aktivitas kita. Tidak hanya kaki saja, melainkan seluruh anggota tubuh harus bekerja sama agar kaki dapat melangkah sampai tujuan. Sama halnya dengan proses pembelajaran, dibutuhkan kerja sama semua komponen. Dan yang paling terpenting adalah dalam melakukan suatu pekerjaan, hendaknya diawali dengan niat. Begitu juga dalam proses pembelajaran, guru hendaknya berniat dengan memposisikan kegiatan mengajar, mendidik, membimbing tersebut menjadi suatu nilai ibadah. Sehingga, jika dilandasi dengan nilai ibadah maka dapat mempermudah proses pembelajaran dan diharapkan dapat memberikan manfaat, sebab dalam prosesnya tidak ada sesuatu hal yang mengganjal, dengan kata lain kita harus ikhlas.