MERAIH
ESENSI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BERSAMA Prof.Dr.Marsigit, MA
Menjadi
luar biasa itu perlu waktu, perlu disakiti, perlu air mata, perlu dihina, dan
perlu jam terbang yang teruji. Dan hanya mereka yang melangkah lebih jauh,
mereka yang menatap lebih dalam, dan mereka yang berlari lebih kencang yang
pada akhirnya mendapatkan hal yang tidak biasa itu
–Anonim-
Prof.Dr.Marsigit, MA merupakan sosok
inspiratif bagi saya, karena dari beliau saya belajar banyak hal mengenai dunia
baru terutama bagaimana cara menjadi guru matematika yang sesungguhnya, baik
melalui materi yang beliau sampaikan di kelas maupun melalui tulisan-tulisan
inspiratifnya di blog http://powermathematics.blogspot.co.id/. Proses belajar
mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar-mengajar ini mempunyai makna dan
pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam prosesnya harus
ada satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa dengan guru,
sehingga diantara keduanya terjalin interaksi.
Salah satu tulisan yang terkenang
adalah bagaimana Bapak Prof.Marsigit menuangkan permasalahan-permasalahan yang
ada dalam pembelajaran matematika. Hal ini membuka mata saya bahwa masih banyak
permasalahan dalam pendidikan di Indonesia yang butuh segera dipecahkan. Dalam
kehidupan di sekolah, sering terjadi anak didik itu diperlakukan sebagai objek
didik, yang seolah-olah dapat dibentuk sekehendak pendidik dan dianggap
mempunyai kemampuan yang sama. Pada umumnya, guru hanya menyuapi sekian banyak
siswa pada waktu yang sama, dengan makanan pengetahuan yang telah diolah dan
dimasak oleh guru itu sendiri. Dalam hal ini, kebanyakan anak tinggal
menelannya saja tanpa protes bahwa makanannya itu pahit, manis, atau basi
sekalipun. Hal inilah perlakuan guru yang salah yang masih bersifat tradisional
(tidak adil, tidak konsisten, arogan, dan sombong).
Problematika pendidikan di Indonesia
saat ini, yaitu terletak pada orang dewasa di mana paradigmanya masih keliru.
Langkah awal yang perlu segera direnovasi, yaitu dari segi pelaksanaan
pembelajaran. Jika kita lihat realita tradisi pembelajaran di Indonesia sekarang
ini masih banyak kita temukan penerapan pembelajaran yang bersifat tradisional.
Guru yang selama ini biasa "mencekoki" siswa dengan
penjelasan-penjelasan gaya satu arah. Oleh karena itu, guru harus bisa
memposisikan diri sebagai pembimbing siswa bukan sang otoriter kelas.
Melalui tulisannya,
Prof.Dr.Marsigit, MA selalu menggugah hati kami sebagai calon guru matematika
untuk selalu melakukan pembelajaran inovatif. Pernah suatu waktu, Bapak
Prof.Dr.Marsigit, MA menyajikan sebuah video inspiratif mengenai pembelajaran
inovatif. Pada intinya, pembelajaran inovatif merupakan sebuah metode yang
menekankan pada pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran inovatif ini juga
dapat membantu dalam upaya merealisasikan perubahan kurikulum 2013 saat ini
sedang digencarkan. Sebab dalam kurikulum 2013 ini adanya tuntutan bahwa guru
harus lebih kreatif dan memberikan kesempatan yang besar kepada siswa untuk
bereksplorasi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya
perubahan dari pembelajaran tradisional menuju perubahan inovatif. Pada
paradigma tradisional pembelajaran Matematika di sekolah cenderung ditekankan
pada penyampaian pengetahuan dan materi yang banyak, serta terdapat tuntutan
waktu untuk menyelesaikan materi pembelajaran tersebut dengan cepat. Guru tidak
mempedulikan apakah siswa tersebut benar-benar mendalami atau paham terhadap
materi yang dipelajari. Sedangkan pembelajaran inovatif lebih menekankan pada
siswa yang aktif dan kreatif.
Selain itu, guru harus peka dan
tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Akan tetapi, perubahan tersebut tidaklah mudah, karena
menyangkut kebiasaan atau budaya yang telah lama digunakan. Untuk memperoleh
pembelajaran inovatif, diperlukan perubahan yang sangat mendasar baik berupa
pemahaman, pengalaman, pengetahuan, niat, dan sikap. Guru berfungsi untuk
melayani dan memfasilitasi. Selebihnya, siswa lah yang menjadi subjek utama
pembelajaran, sehingga timbul kesadaran dari diri sendiri untuk belajar dan
dapat berkembang.
Indonesia dapat mencontoh gaya
pendidikan dari luar negeri yang sekiranya dapat diterapkan di Indonesia. Bapak
Prof.Dr.Marsigit, MA pernah menampilkan video pembelajaran matematika SD di
Jepang. Siswa Sekolah Dasar (SD) di Jepang ini telah dilatih untuk selalu
melakukan investigasi, menemukan sendiri mengeni konsep-konsep suatu materi
pelajaran. Namun, tak lupa hal ini masih dalam kontrol guru sebagai peneliti
yang berperan untuk mengarahkan dan membimbing supaya dapat mencapai puncak
gunung pembelajaran.
Selain Jepang, Bapak Marsigit juga
menampilkan video mengenai pembelajaran di negara Australia dan Korea. Proses
pembelajaran di kedua negara ini banyak memberikan inspirasi mengenai model
pembelajaran inovatif di mana pembelajaran tersebut telah dibudidayakan di
sana. Hal ini memberikan masukan kepada pendidikan di Indonesia guna mengenal,
memahami, menerapkan, serta membudidayakan pembelajaran inovatif tersebut.
Kita sebagai calon guru agar tidak
salah melangkah dalam mendidik siswa, dibutuhkan persiapan dan bekal yang
matang untuk melangkah atau melakukan suatu hal. Mengingat kondisi pendidikan
di Indonesia sekarang ini, kunci utamanya terdapat pada seorang guru. Guru
sangat memiliki andil dalam mencapai suatu keberhasilan pembelajaran. Suatu
ketidakberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran jangan semata-mata mutlak
kesalahan siswa yang malas, kurang memperhatikan, kurang aktif, dan lain
sebagainya. Melainkan seorang guru harus intropeksi mengapa hal semacam ini
bisa terjadi. Apakah terdapat kesalahan dalam pembelajaran? Hal inilah yang
menjadi tantangan kita sebagai calon guru untuk berkontribusi dalam membangun
pendidikan di Indonesia.
Ibarat kita sedang berjalan, antara
kaki kanan dan kaki kiri harus bekerja sama. Jika ada salah satu diantara
keduanya tidak berfungsi, maka akan mengganggu aktivitas kita. Tidak hanya kaki
saja, melainkan seluruh anggota tubuh harus bekerja sama agar kaki dapat
melangkah sampai tujuan. Sama halnya dengan proses pembelajaran, dibutuhkan
kerja sama semua komponen. Dan yang paling terpenting adalah dalam melakukan
suatu pekerjaan, hendaknya diawali dengan niat. Begitu juga dalam proses
pembelajaran, guru hendaknya berniat dengan memposisikan kegiatan mengajar,
mendidik, membimbing tersebut menjadi suatu nilai ibadah. Sehingga, jika
dilandasi dengan nilai ibadah maka dapat mempermudah proses pembelajaran dan
diharapkan dapat memberikan manfaat, sebab dalam prosesnya tidak ada sesuatu
hal yang mengganjal, dengan kata lain kita harus ikhlas.